Kamis, 29 Juni 2017

CACAT SOSIAL

Haii........
Mungkin tidak banyak yang membaca semua postingan saya dari tahun ke tahun, tapi yasudahlah... Memang saya tidak berharap banyak yang membaca tulisan saya, kurang penting karena hanya sebatas tulisan sampah. tulisan sampah berisi keluh kesah, kebimbangan, kegalauan dan sedikit cerita bangga dan bahagia yang tersirat didalamnya. Karena saya hanya menulis untuk mengisi kekosongan waktu sembari mencurahkan isi hati.

Jujur.....
Kenapa jujur itu menjadi penting?
Beberapa orang yang pernah saya temui, mengakatakan bahwa saat ini kejujuran itu bisa dibeli, kejujuran mahal harganya, kejujuran sudah mulai langkah di dunia ini, Tapi banyak juga yang merasa kecewa ketika kejujuran datang pada kehidupannya. Sangat aneh memang ketika hal yang sebelumnya dianggap mahal dan sangat dieluh - eluhkan tapi ketika datang, menjadikannya murka, menjadikannya pembenci atau bahkan ingin membunuh. Lalu dimana letak "PENTINGNYA KEJUJURAN" ? Menjadi pertanyaan besar bagi saya. Terutama di lingkungan keluarga saya saat ini.

Aib....
Berbicara tentang aib, setiap orang mungkin akan menutup rapat aibnya,berharap tidak satu pun orang mengetahui aib bahkan ada yang berharap agar Tuhan tidak tahu, padahal jelas itu sesuatu yang sangat tidak mungkin. Lucu memang, Silahkan tertawakan, hidup itu bebas. Kadang kita tertawa dan kadang kita juga yang ditertawakan. 

Rahasia....
Tentang sebuah rahasia yang ingin saya ungkap sejak lama, yang sebenarnya dengan menyimpannya hanya akan membuat beban dipikiran. Semakin saya simpan semakin saya eram terasa semakin berat, tapi apalah daya hanya bisa menunggu waktu untuk mengungkapkannya. Rahasia bisa saja aib atau sesuatu yang penting yang hanya boleh diketahui oleh beberapa orang atau mungkin tak seorangpun boleh mengetahuinya. Tapi dibalik rahasia ini terselip kebodohan besar, yang teramat besar bercampur dosa.  Dosa yang sengaja Kita ciptakan, yang sengaja saya rangkai berdua dengannya. DOSA KITA BERDUA !!! Mungkin seperti itu. Karena sebuah dosa dan kesalahan terciptalah "Dia". Pemberian Tuhan yang luar biasa makluk kecil suci tak berdosa yang tidak tahu apa - apa, yang TIDAK PANTAS dipersalahakan atau dijadikan korban "KEEGOISAN KITA".

Semua berawal saat kita mengetahui itu, saat suatu kebenaran terungkap. Jujur ada rasa bangga, bahagia yang terselip waktu itu. Tapi semua kebahagiaan itu tertutup berganti rasa bersalah dan rasa takut yang berkecambuk dalam hati. Merasa senang karena saya bisa sembuh dari penyakit yang saya derita, merasa bangga karena apa yang diucapkan orang - orang terhadap saya seketika terbantah (Sulit Memiliki Keturunan) dan tiba- tiba berkecambuklah rasa itu bagaikan petir yang datang menyambar di siang hari. Rasa takut akan mengecewakan orang tua, sementara mungkin sebagai seorang anak yang diharapkan bisa menjadi lebih baik dari orang tuanya malah melakukan kebodohan yang bisa mencoreng muka kedua orang tuanya. Karena rasa yang begitu berklecambuk sempat terbesit pikiran - pikiran jahat untuk melenyapkan Dia. Tapi entah, rasa itu seolah sirnah mengingat dia adalah makluk yang tidak tahu apa - apa yang tidak pantas dikorbankan karena kebodohan ibu bapaknya.

Dan...
Akhirnya rahasia itu pun terbongkar dengan sendirinya, ketika orang tua mulai curiga. terjadi begitu banyak perubahan pada diri saya. Dan saat itulah waktu mengharuskan kita untuk berkata yang sejujurnya. Begitu mengetahuinya jelas rasa kecewa itu tergurat diwajah kedua orang tua, merasa berdosa. Sangat merasa berdosa, ketika kita GAGAL menjadi apa yang diharapkan. Dan kata - kata yang tidak ingin saya dengarpun akhirnya terdengar juga begitu memekakan telinga. "Di kuliahno, disekolahno ben ngerti tambah nggawe isin wong tuo". Terngiang sungguh dikepala serasa berputar - putar. Hati saya begitu bergetar terasa hancur. Seketika perhatian, canda tawa dan kehangatan yang biasa saya dapatkan dikeluarga saya terenggut. Sikap orang tua yang mendiamkan dan seolah acuh tak acuh, sesekali mengulang kata - kata itu semakin menyesakkan saya. Hampir setiap teringat, entah seperti air mata sudah tidak bisa terbendung. Apalagi itu semua terungkap saat - saat menjelang lebaran. Harusnya moment lebaran bisa membuat siapa saja merasa bahagia, tapi tidak dengan saya semua serba dibatasi, mulai dari larangan untuk tidak keluar rumah, sikap dingin orang tua yang semakin membuat saya menjadi tertekan. Berharap agar waktu ini keadaan seperti ini cepat berlalu. Berharap ingin segera pergi agar tidak menjadi AIB KELUARGA.

Mendekati hari pernikahan...
Memang sudah tahun lalu kita merencanakan pernikahan, tanggalpun sudah ditentukan, tepatnya setelah lebaran tanggal 12 Juli 1017. Tapi suasanya yang harusnya penuh dengan pembicaraan serius menjadi seolah entahlah, mungkin karena orang tua juga sudah terlanjur kecewa dengan kita. Sudah, saya pun jadi ikut diam karena merasa tidak dianggap, karena merasa diacuhkan. Apa saya salah? Jawaban merekanpun semakin dingin ketika berbicara dengan saya. Dan tak jarang sering mengulang - ulang kalimat itu "Ngisin - ngisini Wong Tuo, opo jare tonggo lek rabi wetengmu wes gede koyo ngunuh?". Dalam hati ingin sekali saya menjawab dalam hati ingin sekali saya membantah. Tapi sayangnya hanya bisa saya jawab dalam hati. "Iya, memang saya salah, semua salah saya. Sebagai anak saya tidak pernah membuat orang tua bangga. Malah sekarang mencoreng nama baik orang tua. Tenang Yah, Bu.... Tinggal dua minggu ae aku wes ga bakal nang keneh, aku bakal ngalih teko kene ben sampean ga isin maneh". Semakin diulang - ulang semakin membuat saya  tidak berhenti menyalahkan diri saya sendiri.
Suatu hari....
Jika ada saudara, kerabat, family atau teman atau bahkan anak - anak saya kelak. yang tidak sengaja menemukan tulisan ini. Tulisan ini adalah curahan hati saya, "CURAHAN HATI SESEORANG YANG CACAT SOSIAL". Yang pernah dikucilkan orang tua karena telah membuat malu dan menjelekkan nama orang tua. Saya berharap, siapapun yang nantinya membaca jangan pernah mencontoh atau mengulangi kebodohan yang pernah saya lakukan. Sekalipun saya tidak melakukan tindakan - tindakan diluar batas seperti ABORSI. Cukup jadikan pelajaran bagi kalian. Lebih baik menikah baru punya keturunan daripada mempunyai keturunan bukan dari hasil pernikahan.

Untuk anakku.....
Untuk anakku yang saat ini masih belum melihat dunia... Jangan pernah tersinggung dengan apa yang ibumu tulis ini, ini hanyalah ungkapan hati seseorang yang sedang melayang - layang pikiranya. Dewasalah menyikapi ini. Mungkin diawal kehadiranmu ada beberapa orang yang tidak mengharapkan. Tapi jangan pernah risau Insha Allah Ibu dan Ayahmu akan selalu sayang dan mendoakan agar kelak kamu bisa menjadi manusia yang baik lebih baik dari kedua orang tuamu. Jangan pernah membenarkan atau melakukan kebodohan yang telah kami lakukan. Insha Allah Kita akan belajar memperbaiki diri dan mendidikmu sebaik mungkin, agar kamu tidak tersesat seperti kami. Cukup kami saja yang membuat dosa semacam ini.

Mengertilah......
KAMI TIDAK PERNAH MENYESALKAN HADIRMU DI DUNIA INI KARENA KAMU ADALAH BUKTI NYATA CINTA KAMI.

Sayang Kamu.........